Monday 31 December 2012

blank

dibanding capek sendirian terus di rumah, gue jauh lebih capek liat orang ribut. Sudahlah, mungkin hidup seatap lagi sama orangtua nggak akan seburuk itu rasanya

Sunday 30 December 2012

desktop background

I had a habit. I set your photograph album as my desktop background, it's changing every 10 minutes. So when I awake and checking my laptop, I see you in a different pose... :)

end of year travel

Jadi, setelah berbulan-bulan ngambek nggak bales sms dan nggak ngangkat telepon. Akhirnya mak suri pun ngirim sms : kalo mau ikut ke spore, urus paspor sekarang juga. Hati riang bukan main, sembari itung-itungan tabungan yang lagi diirit-irit. It's my first pasport! cap imigrasi! *sumringan* :D

Setelah sana-sini nanya info ke temen yang bolak-balik ke sono, I'm set to go. Spore it is!


Begitu sampe di changi : gue bengong. Tapi nggak sampe nganga gitu sih, dalem hati aja ngebatin. Gimana bisa negara sekecil ini bisa punya airport sebagus ini? Malah ada temen yang rela dateng 3 jam sebelum boarding karena mau keliling airport yang dalemnya udah kayak mall itu *sigh*

My mom picked an inn at kampong arab. Katanya biar gampang cari makanan halal. Di daerah penginepan gue ini (tapi kayaknya rata-rata bangunan standar di spore emang begitu) bangunanannya kebanyakan model lama gitu, berjejer, dengan plang sana-sini, dan bersih banget. Nggak ada sampah, jalanan teratur! Wajar aja sih, buang sampah sembarangan aja dendanya $ 500. Jam 8 malem di jakarta, jalanan masih macet amburadul. Di sini, senggang kayak jalanan jakarta pas subuh!

Kegiatan kami selama 6 hari di sana : 1st day = ke hotel,ke mustafa centre (niatnya test drive MRT, succed!), 2nd day = universal studio, SEA aquarium, maritime museum, 3rd day : art science museum, marina bay, 4th day : legoland, johor bahru (this place sucks!), 5th day : mustafa centre extended, orchard road, 6th day = going home

Biaya makan di spore rata-rata $ 2,5 s/d $ 8, kalo makan di hawker yang ada di mall mungkin bisa sampe $ 12. DI kampong glam cafe malah ngasih porsi paru udah kayak nyerok nasi, dapet 8 potong tiap porsi. Itu sepiring gue habis $ 2,4. Malah lebih murah di sini dari pada makan nasi pake lauk paru di jakarta, sepotong aja berapa ribu, jek! Banyak jajanan yang pengen banget gue coba di sini. Old chuangki di deket MRT station lavender yang jual macem-macem gorengan, Mr.bean yang jual minuman berbahan dasar kedelai, dan tentunya hainanese chicke rice lah ya... :D

Banyak yang bilang sistem MRTnya agak membingungkan. Well, iya sih. Kalo pertama kali liat petanya, pasti bakalan bingung liat interchangenya. Tapi setelah beberapa kali pergi pake MRT, lama-lama handal juga baca peta. Dikarenakan gue ini jakartan minded, tiap ngeliat bangku kosong di mrt selalu pengen duduk, padahal 3-5 menit juga sampe tujuan. Plus, lupa kalo singapura nggak luas-luas amat. Jarak di peta gue samain kayak jarak peta di jakarta. Mikirnya dari stasiun mrt lavender lebih deket dari hotel, ternyata stasiun nicoll highway jauuuuh lebih deket. Capek-capek ganti kereta ke dhoby ghaut buat ke esplanade (tujuan ke art science museum), padahal kalo dr nicoll highway tinggal sekali naik turun di promanade, museumnya ada di sebelah mall marina shopper. Tapi gue turun di esplanade, dan jalan keliling mall sampe ketemu marina bay. Dan waktu kami ke sentosa, antrian di monorail stationnya sangat panjang. Dan antrian balik menuju vivo city juga panjang banget. Sebenernya ada 2 pilihan transportasi buat ke sentosa : by monorail and by bus. Karena udah nggak keburu nanya info detail tentang bus, akhirnya gue pilihlah monorail. Bok, kaki gue udah cenut-cenut dari hari pertama banyak jalan. Mungkin karena inilah tarif massage di singapur bisa sampe $ 45.. :))

Nggak bisa sering-sering misah dari rombongan selama di sini, dipegangin duit makan + transport pula. Jadi tour leader dadakan, padahal ke sini juga baru sekali -__-"
alhasil, nggak bisa ke museum nasionalnya, di maritime museum juga cuma sebentar buanget. Di orchard nggak sempet cari toko buku gede, nggak sempet ke takashimaya. Nggak sempet ke thieve market, nggak sempet ke bugis street, nggak sempet ke IKEA! a lot of nggak sempet. Taun depan harus balik pokoknya! nggak mau tau! di sela-sela tabungan buat beli handphone dan bayar wisuda, harus terselip biaya liburan juga. Biaya makan bisa dipress, toh bisa melipir makan ke rumah eyang, muehehehehee.. *cucu licik*


above : marina bay. The city is quite beautifull, isnt it? :D
Di sini mau dipake buat duduk-duduk juga enak banget. Suasananya nyaman. Kalo bosen, tinggal jalan aja ke art science museum, atau ke garden at the bay.


writing a wish on a ballon. the ballons will be floated at marina bay


singapore flyer at 8 am. Di sini ternyata jam 7 masih gelap, dan jam 7 malem masih sore banget. Kebalik. Agak-agak norak gue kemaren :))


theatre at the bay, marina bay...
This is the theatre at the bay. Gue belom pernah liat shownya. Tapi sepertinya menarik sekali bukan nonton pertunjukan di pinggir bay begitu? I have to try this one someday ;)

let's eat the famous hainanese chicken riiice!

Friday 14 December 2012

nanti aja ya

I'd like to write some, silence buddy. Mau ketik-ketik sikit. Tapi jam segini tumben gue udah ngantuk :|
jadi, pending besok lah ya! wait for me! dan jangan berani-beraninya lo nge-hang ya :))

Wednesday 12 December 2012

morning duty

Agak susah ngejelasin ke orang-orang kalo ditanya pekerjaan gue ini apa. Dijawab "chaperone" pasti berbuntut dengan satu sesi penjelasan yang lamanya sekitar 5 menit. Dibilang 'kenek antar jemput biar singkat, mereka malah bingung :))

Jadi, praktisnya gue ini emang kenek antar jemput murid-murid sekolahan British. Taking care the student while taking their home or going to school. In charge on what everyting may happen during the journey. Yang ngurusin anak TK kalo ada yang muntah, yang nengahin kalo ada yang berantem, yang nenangin mereka kalo di jalan ada apa-apa. It seems easy at first. Tapi prakteknya, rada ribet juga mesti ngomel-ngomel dan ngebujukin anak TK pake bahasa inggris versi simpel tapi bener supaya mereka ngerti apa yang kami maksudkan. Selebihnya, menyenangkan. Karena anak-anak kecil di mana pun juga pasti lucu kan tingkahnya? :D

Rute pagi gue ada di 4T. Rute 4 ini mencakup semua rute di area kemang. Ada 4A sampe 4S kalo nggak salah. Rute 4 ini paling banyak, karena murid-murid mayoritas tinggal di kemang. So, wajar dalam itungan minggu gue hapal jalanan kemang sampe antasari. Lha wong tiap hari lewat situ :))

Di bus pagi gue ada 6 anak. 2 Jolly bersaudara, cewek semua. 3 Cornwallis bersaudara, sulung doang yang cewek. Dan satu anak TK, si Konstantina yang tenar itu loh :))

No special matter soal Jolly bersaudara. Mereka duduk di depan bareng sulung Cornwallis. Tina duduk di tengah, di antara gue sama Thomas. Mereka berdua ini such a couple of the bus. Thomas seneng banget usil ke Tina dan itu anak Tk suka ngambek kalo Thomas mulai nyanyi gangnam style. Tapi kalo Thomas diem, Tina yang bolak-balik ngerusuhin Thomas :))

They're getting nicer day by day. On monday, they asked me, do I believe in santa, toothfairy and boogeyman.

them : busmom, do you believe in toothfairy?
me : *ngakak sambil geleng* of course no!
them : BOOOOOO! GIVE HER A BOOOOO!
James : then who's putting the money under the pillow?
me : it's your parent. they do that to give you courage for losing a teeth :))

James even asked me about toilet God. Yeah, a TOILET GOD. Bentuknya dewa toilet kayak apa juga gue nggak tau... :))

Monday 10 December 2012

hoobastank - the reason

I once heard that we need a reason for everything.

do we need a reason to live?

I think of so many reason and I came up with 'I live because I still have them who I love the most'. But then I think again, making a person as a reason to live is either being hard to your self or to the person it self. Some people called it 'lean on your self to someone else' or 'being dependent on someone else'. What if the people who were your reason to live is gone? what happen to you? Are you going to die by despair? And for them, do we even have their permission to lean on our live to them?

It was the despair that make being dependent is not okay. It was the impact for our own self that make being dependent is not such a right thing to do.

We cant lean on somebody else. It is wrong for being dependent on somebody else. But why there's a statement told us that--we, human...are a social creature who cant live alone without having the need the existance of others. And even worse, they write that on a book. So I guess this is why school book is a half bull crap. And that is what happened when you believe so much on what you heard and read, nadya

But I guess I figured it out last nite. We need others, and that's it. We need others for live. But people forget that live has a cycle. A hello and goodbye is on it. If people aware of this cycle, perhaps they dont have to feel the despair, and thus...being dependant is still okay, and that school book statement is true.

But everything is absurd, to me. That is why I set my reason in the most practical view : I lived because I had pulse, I'm breathing, and God still allowed me to

[kamu yang di sebelah saya. Coba lain kali cuci kaki dulu sebelum naik ke tempat tidur ya...]

Sunday 9 December 2012

Bolong dan kosong

Belakangan saya terbayang-bayang salah satu adegan di film Dark Shadow. Satu-satunya adegan yang paling bagus menurut saya : ketika si penyihir jahat merogoh dadanya dan menawarkan jantungnya ke Barnabas.

Saya belum nonton keseluruhan film itu. Saya cuma baca sinopsisnya dari wikipedia. Jujur, saya masih trauma sama Alice in wonderland. Tim burton ini entah kenapa jadi jelek begini jalan cerita filmnya. Dan cuma adegan ini yang ngebikin saya terngiang-ngiang sampai sekarang.

Si penyihir jahat bisa merogoh dadanya dan mengeluarkan jantungnya sendiri. Analogi bagus. Sama seperti Davy Jones yang meletakkan jantungnya di tempat tersembunyi.

Organ tubuh yang paling utama itu otak. Karena dia menggerakkan sistem tubuh manusia. Bahkan memori dan segala tetek bengek soal perasaan dan emosi, semua otak yang pegang kendali. Tapi herannya, kenapa segala perasaan terasa di dada? Bahkan di beberapa kasus moderat, terasa langsung di jantung. Kenapa?

Saya bukan orang yang kuat. Seringkali tanpa sadar saya menebah dada pelan-pelan ketika emosi mendidih ke level moderat. Seringkali bulu kuduk saya berdiri karena jantung tiba-tiba berdegup tidak wajar saat takut. Seringkali menarik napas dalam-dalam karena mendadak paru-paru terasa sesak diburu jantung yang berdegup tidak wajar saat merasakan hal yang kurang menyenangkan. Semua terasa di dada. Bukan di kepala

Mungkin ini salah satu kebaikan Tuhan. Dibagi-baginya tugas yang sama rata untuk semua organ. Mungkin kalau otak pun merasakan emosi. Dia bisa meledak.

Saya ingat salah satu paragraf favorit saya dalam buku karangan Seno :

"Kita sering dengan mudah memahami masalah di dalam kepala, namun siapa yang bisa dengan begitu mudah meraba gerak-gerik perasaan di dalam dada? Terlalu sering, begitu sering, aku berkata kepada diriku sendiri, "Kenapa perasaan harus terasa di dada, kenapa tidak terasa di dengkul saja?""

Davy jones dan si penyihir jahat adalah salah dua mahluk beruntung yang bisa melepaskan jantungnya keluar. Menyimpannya di tempat tersembunyi supaya tidak ada sembarang orang yang bisa melukai. Mereka berdua bisa mengosongkan dadanya, membuat rasa tidak lagi terasa. Bolong dan kosong.

-sekian-

[eh, kamu yang di pojok. Ngatain saya lebay & kebanyakan drama ya? Ini kan cuma bahas analogi. Nggak usah ribut!]

1.02 pm post



nice quote, from the book you gave me.

Saturday 1 December 2012

a little experiment

Sekarang kalo lagi bete, bawaannya pengen makan atau...bikin sesuatu. Entah sejak kapan gw jadi suka jajal-jajal masakan begini. Tiap kali gajian selalu nyisihin uang buat belanja bahan yang mau dimasak. Bulan ini gw coba bikin puding roti & roti isi rogut. ternyata gampang juga ya bikinnya, asal mau coba :D



jadi kaaaaaaaaan, GW BERHASIL! \m/

And yes, kepikiran pengen coba bikin brownie cuppies. Dont you worry, old boy. Kalo nggak enak, tinggal dikasih ke kucing. hihihhi..
Spagetti aglio e olio juga nampaknya menarik dan mudah buat dimasak, tapi bahan dasarnya justru bikin dompet seret : olive oil. Satu botol kecil sama kayak indomie goreng sekardus. Otak pelit gw makin jadi kalo dihadepin situasi mesti beli barang mahal begitu.. :))

Managing what to eay is never been easy. Kalo kekeuh mau masak biar murah, jatohnya malah boros. Sayur sepanci siapa yg mau ngabisin? bikin ayam goreng mentega seporsi siapa yg mau ngabisin? always ended up bikin sesuatu yg tinggal goreng, atau kembali ke pilihan yg paling membosankan : beli makanan. Tapi, bersyukurlah...biarpun menu makanan membosankan, at least masih dikasih rejeki buat beli makanan* (*lagi soleha)